Bab 8
STUKTUR
PRODUKSI,DISTRIBUSI,PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
C. DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL DAN KEMISKINAN
Distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia pada sekarang ini sudah
sangat kompleks, mengingat pertumbuhan penduduk tidak diimbangi oleh pertumbuhan
lapangan kerja. Akibatnya, banyak sekali pengangguran yang tersebar, baik yang
terselubung maupun yang nyata karena kesulitannya mencari pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya dan banyaknya pesaing. Walaupun pemerintah sudah
menanggulangi lonjakan penduduk dengan program transmigrasi tetapi distribusi
pendapatan yang ada tidak terlalu baik.
Kemiskinan,
Distribusi Pendapatan, Masalah Kemiskinan,dan Ketimpangan.
Pertumbuhan versus Pemerataan.
Pertumbuhan versus Pemerataan.
(personal distribution of income)
* Distribusi pendapatan perseorangan
(personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size
distribution of income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh
para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang
diterima oleh setiap individu atau rumah tangga.
* Yang diperhatikan di sini adalah
seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana
sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah
ataupun warisan.
* Lokasi sumber penghasilan (desa atau
kota) maupun sektor atau bidang kegiatan yang menjadi sumber penghasilan
(pertanian, industri, perdagangan, dan jasa) juga diabaikan.
* Bila si X dan si Y masing-masing menerima pendapatan yang sama per tahunnya, maka kedua orang tersebut langsung dimasukkan ke dalam satu kelompok atau satu kategori penghasilan yang sama, tanpa mempersoalkan bahwa si X memperoleh uangnya dari membanting tulang selama 15 jam sehari, sedangkan si Y hanya ongkang-ongkang kaki menunggu bunga harta warisan yang didepositokannya.
* Bila si X dan si Y masing-masing menerima pendapatan yang sama per tahunnya, maka kedua orang tersebut langsung dimasukkan ke dalam satu kelompok atau satu kategori penghasilan yang sama, tanpa mempersoalkan bahwa si X memperoleh uangnya dari membanting tulang selama 15 jam sehari, sedangkan si Y hanya ongkang-ongkang kaki menunggu bunga harta warisan yang didepositokannya.
* Berdasarkan pendapatan tsb, lalu
dikelompokkan menjadi lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau
sepuluh kelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan
mereka, kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok.
* Selanjutnya dihitung berapa % dari
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing kelompok, dan bertolak
dari perhitungan ini mereka langsung memperkirakan tingkat pemerataan atau
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat atau negara yang
bersangkutan.
* Indikator yang memperlihatkan tingkat ketimpangan atau pemerataan distribusi pendapatan diperoleh dari kolom 3, yaitu perbandingan antara pendapatan yang diterima oleh 40 persen anggota kelompok bawah (mewakili lapisan penduduk termiskin) dan 20 persen anggota kelompok atas (lapisan penduduk terkaya).
* Indikator yang memperlihatkan tingkat ketimpangan atau pemerataan distribusi pendapatan diperoleh dari kolom 3, yaitu perbandingan antara pendapatan yang diterima oleh 40 persen anggota kelompok bawah (mewakili lapisan penduduk termiskin) dan 20 persen anggota kelompok atas (lapisan penduduk terkaya).
* Rasio inilah yang sering dipakai
sebagai ukuran tingkat ketidakmerataan antara dua kelompok ekstrem, yaitu
kelompok yang sangat miskin dan kelompok yang sangat kaya di dalam suatu
negara. Rasio ketidakmerataan dalam contoh di atas adalah 14 dibagi dengan 51,
atau sekitar 1 berbanding 3,7 atau 0,28.
* Peta pendapatan jika total populasi
dibagi menjadi sepuluh kelompok (desil) yang masing-masing menguasai pangsa 10
persen pada kolom 4.
* 10 persen populasi terbawah (dua
individu atau rumah tangga yang paling miskin) hanya menerima 1,8 persen dari
total pendapatan, sedangkan 10 persen kelompok teratas (dua individu atau rumah
tangga terkaya) menerima 28,5 persen dari pendapatan nasional.
* Bila ingin diketahui berapa yang
diterima oleh 5 persen kelompok teratas, maka jumlah penduduknya harus dibagi
menjadi 20 kelompok yang masing-masing anggotanya sama (masing-masing kelompok
terdiri dari satu individu) dan kemudian dihitung persentase total pendapatan
yang diterima oleh lima kelompok teratas dari pendapatan nasional atau total
pendapatan yang diterima oleh kedua puluh kelompok tersebut.
* Dari Tabel 5-1, kita bisa mengetahui
bahwa pendapatan 5 persen penduduk terkaya (20 individu) menerima 15 persen
dari pendapatan, lebih tinggi dibandingkan dengan total pendapatan dari 40
persen kelompok terendah (40 persen rumah tangga yang paling miskin).
Kurva Lorenz
* Sumbu horisontal menyatakan jumlah penerimaan
pendapatan dalam persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati
populasi atau kelompok terendah (penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya
meliputi 20 persen dari jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persen
kelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu yang paling ujung yang
meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah penduduk.
* Sumbu vertikal menyatakan bagian dari
total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah (kelompok)
penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100 persen, sehingga
kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama panjangnya.
* Setiap titik yang terdapat pada garis
diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase penduduk yang
menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai contoh,
titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat
didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.
* Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah penduduk.
* Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah penduduk.
* Garis diagonal merupakan garis
"pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam distribusi ukuran
pendapatan.
* Persentase pendapatan yang ditunjukkan
oleh titik-titik di sepanjang garis diagonal tersebut persis sama dengan
persentase penduduk penerimanya terhadap total penduduk.
* Titik A menunjukkan bahwa 10 persen
kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk hanya menerima 1,8 persen total
pendapatan (pendapatan nasional).
* Titik B menunjukkan bahwa 20 persen
kelompok terbawah yang hanya menerima 5 persen dari total pendapatan, demikian
seterusnya bagi masing-masing 8 kelompok lainnya. Perhatikanlah bahwa titik
tengah, menunjukkan 50 persen penduduk hanya menerima 19,8 persen dari total
pendapatan.
* Semakin tinggi derajat
ketidakmerataan, kurva Lorenz akan semakin melengkung (cembung) dan semakin
mendekati sumbu horizontal sebelah bawah.
Figur (a):
Distribusi
pendapatan yang relatif merata
(ketimpangannya
tidak parah).
Figur (b):
Distribusi
pendapatan yang relatif tidak merata
(ketimpangannya
parah)
Koefisien
Gini dan Ukuran Ketimpangan
* Pengukuran tingkat ketimpangan atau
ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat sederhana pada suatu negara
dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis
diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva
Lorenz itu berada.
* Pada Figur 5-6, rasio yang dimaksud
adalah rasio atau perbandingan bidang A terhadap total segitiga BCD. Rasio
inilah yang dikenal sebagai rasio konsentrasi Gini (Gini concentration ratio)
yang seringkali disingkat dengan istilah koefisien Gini (Gini coefficient).
* Istilah tersebut diambil dari nama seorang ahli statistik Italia yang pertama kali merumuskannya pada tahun 1912.Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
* Pengukuran tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat sederhana pada suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu berada.
* Istilah tersebut diambil dari nama seorang ahli statistik Italia yang pertama kali merumuskannya pada tahun 1912.Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
* Pengukuran tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat sederhana pada suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu berada.
* Pada Figur 5-6, rasio yang dimaksud
adalah rasio atau perbandingan bidang A terhadap total segitiga BCD. Rasio
inilah yang dikenal sebagai rasio konsentrasi Gini (Gini concentration ratio)
yang seringkali disingkat dengan istilah koefisien Gini (Gini coefficient).
* `Istilah tersebut diambil dari nama seorang ahli statistik Italia yang pertama kali merumuskannya pada tahun 1912.
* `Istilah tersebut diambil dari nama seorang ahli statistik Italia yang pertama kali merumuskannya pada tahun 1912.
* Koefisien Gini adalah ukuran
ketidakmerataan atau ketimpangan (pendapatan/ kesejahteraan) agregat (secara
keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga
satu (ketimpangan yang sempurna).
* Angka ketimpangan untuk negara-negara
yang ketimpangan pendapatan di kalangan penduduknya dikenal tajam berkisar
antara 0,50 hingga 0,70.
* Untuk negara-negara yang distribusi
pendapatannya dikenal relatif paling baik (paling merata), berkisar antara 0,20
sampai 0,35.
KEMISKINAN
·
Menurut Badan
Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang
setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di
daerah perkotaan.
·
Poli (1993)
menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan ketidakterjaminan pendapatan,
kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset
produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan
ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya
dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya
infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.
·
Bappenas
dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan
masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah
kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun
perempuan untuk menjadi miskin
·
Menurut Sutrisno
(1993), ada dua sudut pandang dalam memahami substansi kemiskinan di Indonesia.
Pertama adalah kelompok pakar dan
aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengikuti pikiran kelompok agrarian
populism, bahwa kemiskinan itu hakekatnya, adalah masalah campur tangan
yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, khususnya
masyarakat pedesaan. Dalam pandangan ini, orang miskin mampu membangun diri
mereka sendiri apabila pemerintah memberi kebebasan bagi kelompok itu untuk
mengatur diri mereka sendiri. Kedua,
kelompok para pejabat, yang melihat inti dari masalah kemiskinan sebagai
masalah budaya. Orang menjadi miskin karena tidak memiliki etos kerja yang
tinggi, tidak meiliki jiwa wiraswasta, dan pendidikannya rendah. Disamping itu,
kemiskinan juga terkait dengan kualitas sumberdaya manusia. Berbagai sudut
pandang tentang kemiskinan di Indonesia dalam memahami kemiskinan pada dasarnya
merupakan upaya orang luar untuk memahami tentang kemiskinan. Hingga saat ini
belum ada yang mengkaji masalah kemiskinan dari sudut pandang kelompok miskin
itu sendiri.
·
Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan
barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
·
Faturchman
dan Marcelinus Molo (1994)
mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
·
Menurut Suparlan
(1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
·
Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan
kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset
(tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan
kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk
mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan,
barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang
berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian
bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat
dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk
kebutuhan hidupnya.
·
SPECKER
(1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :
1.
kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal.
2. gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
3. risiko
keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungannya,
4. kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan
5. kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah.
4. kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan
5. kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah.
Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Ukuran Kemiskinan
1.
Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan
kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar ( basic need ).
kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar ( basic need ).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
a. Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b. Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan
Relatif
Menurut
Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang
kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.
kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.
Faktor-faktor Penyebab kemiskinan
Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :
• Tingkat
kemiskinan cukup banyak.
• Mulai dari
tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja ).
• Tingkat inflasi.
• Tingkat inflasi.
• Tinggat
Infestasi.
• Alokasi
serta kualitas sumber daya alam.
• Tingkat
dan jenis pendidikan.
• Etos kerja
dan motivasi pekerja.
Strategi Dalam Mengurangi kemiskinan
• Pembangunan Sektor Pertanian
Sektor
pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor
tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di
pedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
• Pembangunan Sumber Daya manusia
tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di
pedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
• Pembangunan Sumber Daya manusia
Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang
cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh
pemerintah.
• Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat
cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh
pemerintah.
• Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat
Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat
sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan
dan program pengentasan kemiskinan
sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan
dan program pengentasan kemiskinan
·
SUMBER :
·
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar